Tentang
sahabat…
Lalu, aku bertemu kamu dan memelukmu hingga
kau mendorongku dan aku terjatuh. dan akupun menangis tersedu-sedu. Namun,
kurasa kau tak mendengarnya. Kau seolah meludahi wajah ini dan kau pun pergi
bersamanya. Jauh. Hingga saat aku bangkit dan mencoba mengejarmu kau telah
tiada. Kurasa kau berlari. Kurasa… Lalu apa? Tiada.. aku pergi dan berlalu.
Begitu pula denganmu. Pahit.
--
11 tahun yang lalu…
Seorang gadis kecil dengan gaun selutut dan
kunciran seperti pohon kelapa lengkap dengan ingus yang memenuhi hidung dan
pipi yang sudah basah kuyub dengan tumpahan air mata meraung-raung di depan
sebuah rumah kecil yang baru saja di tinggal penghuninya. Ya, gadis kecil itu
adalah aku.. aku menangis mengingat kepergian salah seorang sahabatku yang juga
penghuni rumah ini.. sahabat ku. Sahabat yang begitu manis. Kurasa. Saat itu
aku tampak seperti gadis tolol yang diolok-olok oleh kakakku yang super
munafik!
“BUKAN KAH KAU AKAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA JIKA KAU
KEHILANGAN SAHABATMU? LALU PANTAS KAH KAU MENGOLOK-OLOKKU? SIAPAKAH KAU?” tanya
ku penuh amarah saat ia kembali mengolooku di suatu kesempatan.
“dengar ya adikku yang manis.. aku tidak akan melakukan
hal yang sama jika kehilangan sahabatku. Karena hal itu hanya akan dilakukan
oleh orang tolol! Dan orang itu adalah kau! Daan kau sebutkan dia sahabat mu?
Mungkin kau merasakannya.. tapi ia? Belum tentu! Dan aku sangat pantas
mengolok-olok mu. Karena memang semua gadis tolol bernasib serupa berakhir
dengan olok-olokan tajam! Mengerti? Dan kau bertanya siapa aku? Aku kakak mu?
KAKAK MU! Yang kelak akan menjadi penguasa dunia ini! Paham? Jadi jangan
macam-macam padaku.” Jawabnya mantab diiringi dengan tawa super renyahnya.. aku
pun memilih pergi dan tak ikut gila dengan kakak ku yang katanya calon penguasa
dunia itu..
--
12 tahun yang lalu..
“hmm, kamu mau kemana?” tanyaku penuh curiga.
“tak ada.” Jawabmu lalu meninggalkan ku sendirian. Sepi.
Kau pergi meninggalkanku tanpa pesan maupun alasan. Pahit.
--
2 tahun kemudian…
“bisakah kau datang?” tanya seorang wanita padaku suatu
siang.
“untuk apa? Untuk dicerca? Tidak akan!” jawabku tak sudi
“tidak. Aku berjanji. Aku ingin menunjukan mu sesuatu.
Tolonglah.. maafkan adikku. Agar ia tenang di sana.”
“baiklah tapi tak lama..” jawabku ketus.
Aku pergi mengikutinya ke tempat yang tak jauh dari rumah
ku. Tempat peristirahatan terakhir sahabatku yang menghianati ku dengan
sadarnya.
“ini..” ujar seorang wanita muda
“apa ini?” tanyaku sambil melihat buku kecil usang.
“titipan dari adikku. Maaf aku harus pergi..” jawabmu
sambil berlalu meninggalkanku.
Ku baca buku itu satu persatu tergambar bagaimana
perasaan mu selama ini. Perasaan cinta mu padaku yang selama ini sangat ingin
ku balas. Rasa bersalahmu yang telah membuatmu menangis. Dan leukemia yang
sselalu menggerogoti tubuhmu hingga kau harus pergi.
“maaf kan aku yang tak menyadari semua ini sejak dahulu..
bawalah cintaku ini pergi. Sampai jumpa dikehidupan selanjutnya. “ ujar ku
sedih bersamaan dengan menetesnya airmata ini di pusaranmu.
‘aku hanya tak ingin kau turut menderita. Cukup aku saja’
kalimat terakhir buku itu membuatku merasa sangat berdosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar