Lebaran Kali Ini…
Hari ini, hari terakhir puasa. Malam ini, malam
takbiran. Saat ini, aku sedang merenung terduduk disofa di beranda sambil
memegang komik serial detektif milik sepupuku. Aku menyesap teh hangat yang
disajikan mbok Nah beberapa waktu lalu. hari ini aku memang tidak puasa. Biasa…
cewek.
Dua hari yang lalu aku
memang sengaja datang kerumah nenek untuk berlebaran. Aku berangkat sendiri
karena ayah dan ibu masih ada pekerjaan di Jakarta. Nanti malam mereka baru
akan kesini. Perjalanan Jakarta-Bogor memang tidak terlalu jauh, hanya butuh
waktu sekitar satu jam untuk sampai diBogor dari stasiun Manggarai.
Aku sengaja bermalam
takbiran disini. Karena, kalau aku bermalam takbiran diJakarta.. kenangan itu
akan kembali berputar dikepalaku. Menari-nari diingatanku. Ya, kenangan itu..
dua tahun lalu. disaat yang sama.. malam takbiran. Andai aku tidak sebodoh itu.
ΔΔΔ
Malam itu, malam
takbiran. Julia baru saja izin pulang setelah seharian main dirumahku. Ia sudah
berjanji bermalam takbiran bersama keluarganya. kyogoku, tetanggaku yang juga
sahabatku. Cowok keturunan campuran indo-jepang datang kerumahku, berdalih
orang tuanya sedang keBandung dan kakaknya sedang pergi bersama pacarnya
Kyogokupun bermalam takbiran bersamaku. Dia berjanji pulang jika kakaknya sudah
pulang.
“memangnya lo mau
bermalam takbiran untuk apa?” tanyaku langsung.
“emang kalo takbiran harus punya tujuan,ya?” tanyanya
setengah bingung.
“ya enggak… tapi, lo kan ga puasa. Gimana ceritanya
bisa takbiran..?” aku mendesah lelah. Anak satu ini.. rada-rada lemot gimana…
“sebenarnya,” Kyogoku mendekatkan tangannya ketangan
ku. Dan menyentuh tanganku lembut. Spontan, aku menarik tanganku. “maaf,”
ujarnya dipenuhi rasa bersalah, lalu lanjutnya,” sebenarnya, aku mau kamu..”
“hah? Maksud lo apa sih? Jangan ngawur deh!” tanyaku
bingung tak tahu harus berbuat apa.
“aku mau kamu jadi pacar aku.” Ujarnya tanpa
basa-basi. Mataku terbelalak. Shok!
ΔΔΔ
“Na! Nena! Kok ngelamun lo? Gue dari tadi manggilin
jugaan!” Melia menggoncang-goncangkan bahuku. Lamunanku buyar. Wajah Kyogoku
hancur berantakan. Dasar Melia.. ganggu aja! Huh!
“apaan siihh??” tanyaku tanpa basa-basi pada Melia,
“ganggu aja!” lanjutku.
“Gue ganggu? Oh.. gue tau, lo lagi bayangin mantan lo
yang sipit itukan? Siapa namanya? Ko?? Ko apa? Korek bukan?” tanyanya
“Kyogoku!” jawabku malas.
“OH! Toko kuku!” ucapnya ngasal.
“KYOGOKU, BUDEK!” ujar ku persis ditelinganya. Spontan
ia memukul-mukul telinga kanan-kirinya. “kira-kira kek! Bisa budek beneran
nih,gue.” ujarnya marah.
“Bodo!”aku melongos malas.
“emang ada apa manggil?” tanyaku.
“gapapa iseng aja.” Melia cengengesan. Aku mendengus
kesal
“emang Kyogoku lo itu kenapa sih? Hubungan kalian
gimana?” tanyanya 100% penasaran. Mungkin bahkan lebih dari 100%.
Aku memulai cerita, hari itu aku menerima dia jadi
pacarku. Tiba-tiba saja dia menyosorku kayak bebek. Lalu kumarahi Kyogoku, dia
meminta maaf. Akhirnya kumaafkan. Berhari-hari berlalu, hubungan kami tak
bermasalah.. yah, seperti hubungan sepasang kekasih pada umumnya.. tapi,
setelah memasuki bulan kedua.. hubungan kami kian renggang saja, SMS jarang.. telepon
apalagi.. nyaris ga pernah! Alasannya, ‘rumahnya
kan deketan. Buat apa nelpon?’’ tapi, saat rumahnya sudah pindah keKuningan
tidak lagi diManggarai. Dia tetap saja jarang menghubungi ku. Klinmaksnya, satu
minggu dia tak mengirimiku kabar..
“miris ya?” komentar Melia. Aku mengangguk. Lalu
lanjut bercerita.
“sekolah kami kan memang berbeda. Jadi, wajar kami
jarang ketemuan.” Terangku. “waktu itu, sekolah gue pulang cepet. Jadi, ya, gue
putusin kesekolahnya Kyogoku. Aku cari keteman-temannya. Hingga aku ketemu sama
yang namanya Elizabeth. Anaknya cantik dan supel. Dia nanya, buat apa nyari
Kyogoku? Kenapa ga kerumahnya aja? Gue jujur aja,.. gue ceweknya. Dia shok
gitu, kayak kena godam atau apalah–“ Melia menyimak dengan serius seolah ini
adalah dongeng pengantar tidur.
“tunggu, Godam itu apa?” tanya Melia tiba-tiba.
“godam? Mana gue tau!” jawabku spontan.
“lah tadi lo sebutin dicerita!” aku hanya cengengesan.
“Elizabeth bilang, gue
ceweknya Kyogoku! Spontan! Gue kaget sumpah! Kyogoku datang dari arah
kantin dan dia mukanya!! Cengo banget! Dia narik Elizabeth dan ninggalin gue,
ga tau kenapa, Elizabeth juga ikut ninggalin gue. capek, gue pulang. Sepanjang
jalan gue nangiss! Sumpahhh!”
“sabar yaa..” Melia menepuk punggungku, “itukan udah
dua tahun lalukan? Lupain aja..” anjurnya, “iya, gue udah Move on kok.”
Jawabku.
“because, life is goes on. Not just stuck in one
moment. And I wish, you can search a new boy more good from he. It’s about two
years ago.”
Tiba-tiba adzan berbunyi
“alhamdulillah,”Melia segera menyesap teh yang sedari
tadi sudah ia buat. Tak berapa saat kemudian kembang api melesat keudara.
‘God, I just
want to move on from he. Please,” gumamku dalam hati.
ΔΔΔ
Keesokan harinya, seusai salat Ied aku langsung pulang
kerumah nenek. Ayah dan ibu sudah datang sejak semalam. Sanak saudara dan
tetangga berdatangan. Hingga ia datang, iya! Ia! Pria dengan ukuran tubuh
sekelas atlet, seratus tujuh puluh senti. Otot-otot berlomba ingin keluar dari
kaus oblongnya. Celana jeans agak longgar membuatnya tampak tampan–dan, hmm,
sexi, maybe. Ia datang dengan keluarganya untuk silaturahmi dihari lebaran
“namanya siapa? Anak siapa?” tanyaku pada Melia
“namanya Kiki, anak tetangga sebelah. Kenapa? naksir?”
tanyanya. Aku mengangguk cepat. Melia geleng-geleng pasrah. Aku menjulurkan
lidah.
“kayaknya ada yang semester depan mau sekolah diBogor
deh,” ujarnya setengan memekik. Sialan.
“kayaknya…”ujarku datar. “kayaknya mulai lebaran kali
ini, semua akan indah deh. Ga akan suram lagi… hahaha” ujarku cengengesan.
Melia hanya mendengus.
ΔΔΔ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar