Motif Batik Semarang
Semarang,
sebagai ibuKota Propinsi Jawa Tengah, belum pernah mendeklarasikan diri secara
resmi tentang kekayaan budayanya dalam bidang batik. Padahal, Semarang memiliki
warisan budaya batik yang telah menempuh lintasan sejarah yang panjang,
sehingga telah mengalami kristalisasi nilai-nilai serta ciri-ciri yang khas dan
unik. Sebelum menelusuri jejak-jejak sejarah batik Semarang, perlu diperjelas batasan
pengertian batik Semarang.
Batik
Semarang adalah batik yang dipro- duksi oleh orang atau warga Kota Sema- rang,
di Kota Semarang, dengan motif atau ikon-ikon Kota Semarang
Batik
Semarang lahirkan sejalan dengan kebutuhan dari orang-orang dari Hyderabad akan
bahan dengan motif atau gaya baru yang berdasar-kan pada rasa, niat, dan
kreatifitas dari pembuat nya.
Motif Batik Semarang
Secara
umum dapat diidentifikasi bahwa ciri-ciri motif batik Semarang tidak berbeda jauh dengan batik
di Kota-Kota pesisir utara Pulau Jawa. Ciri-ciri yang dapat diidentifikasi
adalah: bebas atau tidak pada aturan-aturan tertentu, ragam hias flora dan fauna,
ragam hias besar dan tidak rinci, serta warna cerah menyolok. Motif batik
Semarang dengan batik Pesisir lainnya, namun jika terkait dengan teliti, ada
juga detail perbedaannya. Perbatasan itu dapat dilihat pada dua hal. Pertama,
warna dasar batik. Pada umumnya batik Semarang berwarna dasar oranye kemerahan,
batik Demak berwarna coklat muda, dan batik Kudus berwarna dasar
biru (Heringa & Harmen, 1997: 103). Kedua, motif batik dengan pengaruh
budaya Cina. Pada umumnya batik Semarang menampilkan motif fauna yang lebih
menonjol dari pada flora, seperti: merak, kupukupu, jago, cendrawasih, burung phunix,
dan sebagainya. Motif-motif ini tidak terlepas dari pengaruh budaya Cina. Batik
di Kota-Kota pesisir lainnya, seperti Pekalongan, lebih menonjolkan motif flora,
seperti: buket, lung-lungan, bunga cempaka, dan sebagainya. Tampaknya, unsur
budaya Eropa ikut menentukan dalam pembentukan motif batik Pekalongan, karena
di Kota itu pada paroh kedua abad ke-19 pernah berdiri banyak perusahaan batik
yang dikelola oleh orang Eropa, seperti: L. Meetzelaar, Christina van Zuylen,
Wollweber, J. Jans, dan lain-lain. Seperti kita ketahui bahwa orang Eropa,
khususnya Belanda, selalu mengatakan cinta dengan bunga (say love with flower),
sehingga konsepsi ini pun tertuang dalam desain-desain motif batik Pekalongan.
Ciri-ciri motif
batik Semarang dapat disimak juga melalui penuturan Ibu Jamini, seorang sesepuh
di Kampung Batik. Menurutnya, dulu banyak warga Kampung Batik melakukan
kegiatan membatik dengan motif-motif yang sesuai dengan kehendak perajin
sendiri. Jadi, mereka membatik tanpa motif yang baku seperti di daerah
Surakarta dan Yogyakarta. Dulu, orang Semarang membatik untuk dipakai sendiri.
Dengan demikian motif batik Semarang tergantung pada keinginan, imajinasi,
ekspresi, dan kreasi pembatik. Rakyat Semarang tidak pernah membakukan motif dan
nama batik seperti batik di vorstenlanden (Surakarta dan Jogjakarta).
Pada umumnya,
orang Semarang tempo dulu membatik dengan motif
yang bersifat naturalistik (fauna
dan flora) serta realistik (ikan, kupu-kupu, burung, ayam, bunga, pohon, bukit,
dan rumah), tidak simbolis seperti batikbatik di Surakarta dan Jogjakarta. Dari
penelitian dapat diketahui bahwa motif naturalistik dan realistik menjadi ciri
khas batik yang diproduksi oleh masyarakat pesisir utara Jawa. Ciri ini dapat
dimaknai sebagai karakter
masyarakat pesisir yang lebih
terbuka, bebas, dan lebih ekspresionis jika dibandingkan dengan masyarakat pedalaman
Jawa (Surakarta dan Jogjakarta) yang lebih dilingkupi oleh sistem simbol, norma-norma,
dan aturan-aturan di bawah kekuasaan raja.
Nilai Filosofis
Batik Semarang
Berdasarkan
penuturan Slamet Sutarno (sekarang sudah wafat), pensiunan pegawai RRI
Semarang, orang-orang Semarang tempo dulu sangat menyukai motif burung merak
dengan latar perbukitan dan pohon bambu (Wawancara dengan Slamet Sutarno, 25 Maret
1998). Setelah diteliti lebih mendalam, ternyata motif ini merupakan pengaruh
dari kebudayaan Cina yang
mempercayai bahwa burung merak
dan bambu memiliki nilai filosofi yang sangat bagus dalam kehidupan.
Gambar 1 Batik Motif
Merak Semawis (diberi nama oleh Dewi Yuliati selaku peneliti)
Berdasarkan A
Dictionary of Chinese Symbols, burung merak merupakan lambang keagungan,
keindahan, pelindung keturunannya dari segala bahaya, serta dapat mengusir
pengaruhpengaruh buruk. Oleh karena makna yang bagus itu, gambar burung merak sering
digunakan sebagai hiasan busana kebesaran pejabat-pejabat kerajaan. Rumpun
bambu, yang dalam bahasa Cina disebut zhu, adalah lambang permohonan
doa. Pohon bambu juga memiliki ruas-ruas yang merupakan simbol silsilah. Jika
ruas yang paling bawah bagus, ruas-ruas di atasnya pun bagus. Kondisi ini
melambangkan bahwa orang tua yang bagus akan menurunkan juga anak-anak yang
bagus. Selain itu bambu dapat hidup di segala iklim serta cuaca. Sifatnya ini
menjadi lambang kemudahan dalam menempuh kehidupan. Oleh karena makna simbolis
yang sangat bagus itu, gambar burung merak dan rumpun bambu sering digunakan
sebagai ragam hias pada kain, kaca-kaca, dan kartukartu ucapan. Berikut ini
dikemukakan contoh batik Semarang dengan motif merak dengan latar anyaman
bambu, dan daun asam. Warna dasarnya kuning -oranye, dan motifnya berwarna
coklat serta merah. Warna merah-oranye merupakan salah satu karakter batik
tradisional Semarang.
Gambar 2. Batik Motif
Puspita Sari (diberi nama oleh Dewi Yuliati selaku peneliti).
motif batik yang mengekspresikan
perpaduan antara motif batik vorstenlanden
(daerah pedalaman/kerajaan Yogyakarta
dan Surakarta) dan pesisir. Motif campuran ini dapat disaksikan pada produk
batik “Batikkerij Tan Kong Tien”. Perpaduan budaya ini dapat dipahami
mengingat bahwa keluarga Tan Kong Tien merupakan campuran antara orang Jogja
dan Semarang, serta secara geografis letak Semarang dekat dengan Jogja, sehingga
kedua unsur budaya itu tentu dapat saling mempengaruhi dan saling mengadaptasi.
Warna dasarnya tidak seperti warna
batik Jogja yang cenderung kecoklatan
atau warna sogan, tetapi lebih bervariasi
dan menyala seperti hijau, biru, ungu, dan merah. Warna-warna ini juga menjadi
ciri batik pesisir. Berikut ini disajikan beberapa contoh motif batik Semarang
yang diproduksi oleh Tan Kong Tien.
Gambar
3. Batik Motif Cempaka Rukmi (diberi nama oleh Dewi Yuliati selaku peneliti)
Gambar
4. Batik Grinsing Amengku Bumi.
SIMPULAN
Dari penelusuran
jejak-jejak sejarah dan motif batik Semarang dapat disimpulkan lima hal. Pertama,
batik Semarang telah lahir sejalan dengan kebutuhan masyarakat Kota Semarang
akan bahan sandang dengan motif atau corak yang disesuaikan dengan rasa, karsa,
dan daya cipta para perajin atau masyarakat pendukungnya. Kedua, batik Semarang
merupakan warisan budaya
yang khas dan unik, sehingga
sangat potensial sebagai identitas budaya Kota Semarang, dan ketiga,
semua upaya yang dilakukan untuk mengungkap sejarah dan menghidupkan kembali
batik Semarang menunjukkan bahwa warga Kota Semarang masih peduli dengan kekayaan
budaya lokal. Semangat dan tindakan mencintai budaya lokal sangat diperlukan
untuk memperkokoh identitas dan kepribadian bangsa agar tidak terkikis oleh
perluasan budaya global.
Ada
tiga saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian yang dituangkan dalam
tulisan ini. Pertama, pengusaha batik perlu mengembangkan usahanya
dengan semangat baru dan nilai-nilai baru. Semangat dan nilai-nilai baru itu
dapat dibingkai dalam sistem manajemen yang profesional, seperti: pengembangan
sistem produksi (mencakup: pendanaan, peralatan, bahan - bahan dasar, sumber
daya manusia, desain-desain, dan lokasi usaha), peningkatan sistem promosi dan
pemasarannya. Kedua, seluruh warga Kota Semarang seharusnya mampu
mengangkat potensi batik Semarang sebagai salah satu identitas budayanya,
karena sesungguhnya potensi budaya ini sangat berguna untuk mendukung
peningkatan ekonomi dan pariwisata di Kota Semarang, serta untuk penguatan
kepribadian bangsa, dan ketiga, Pemerintah
Kota Semarang seharusnya dapat
memberikan perlindungan hukum bagi desain-desain motif batik Semarang melalui HAKI,
untuk mencegah kemungkinan pengambilalihan atau pembajakan motif oleh pihak -
pihak lain atau negara - negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar