MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR
AGAMA DAN MASYAKARAT
DOSEN: Herry
Susanto
DISUSUN OLEH:
NAMA: Intan Fitriana
Reffandia
NPM: 16117718
KELAS: 1KA 06
FAKULTAS: ILMU KOMPUTER
DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN: SISTEM
INFORMASI
Universitas Gunadarma
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT
atas rahmat dan Hidayat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Makalah ini
dibuat dalam rangka pembelajaran mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (softskil).
diharapkan bisa sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan tentang Agama dan
Masyarakat . Semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita
Jakarta, 14
Januari 2018
i
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar .............................................................................................................. i
Daftar Isi
.......................................................................................................................
ii
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
..............................................................................................................
3
Tujuan
...........................................................................................................................
3
BAB II Pembahasan
A.
Fungsi Agama ...........................................................................................4
B. Pelembagaan
Agama ........................................................................................
6
C. Agama,
Konflik dan Masyarakat .....................................................................
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
....................................................................................................................
10
Daftar Pustaka
................................................................................................................
11
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Membicarakan
peranan agama dalam kehidupan sosial menyangkut dua hal yang sudah tentu
hubungannya erat, memiliki aspek-aspek yang terpelihara. Yaitu pengaruh dari
cita-cita agama dan etika agama dalam kehidupan individu dari kelas sosial dan
grup sosial, perseorangan dan kolektivitas, dan mencakup kebiasaan dan cara
semua unsur asing agama diwarnainya. Yang lainnya juga menyangkut organisasi
dan fungsi lembaga agama sehingga agama dan masyarakat itu berwujud kolektivitas
ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, yang mempunyai seperangkat arti mencakup
perilaku sebagai pegangan individu dengan kepercayaan dan taat kepada agamanya.
Agama sebagai suatu sistem mencakup individu dan masyarakat, seperti adanya
emosi keagamaan, keyakinan terhadap sifat faham, ritual, serta umat atau
kesatuan sosial yang terkait agamanya. Agama dan masyarakat dapat pula
diwujudkan dalam sistem simbol yang memantapkan peranan dan motivasi
manusianya, kemudian terstrukturnya mengenai hukum dan ketentuan yang berlaku
umum, seperti banyaknya pendapat agama tentang kehidupan dunia seperti masalah
keluarga, bernegara, konsumsi, produksi, hari libur, prinsip waris, dan
sebagainya.
Tujuan
1.
Mengetahui
fungsi agama
2.
Memahami
pelembagaan agama
3.
Memahami tentang
agama, konflik, dan masyarakat
3
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Fungsi Agama
-
Fungsi
agama dalam masyarakat
1. Sebagai
sarana pendidikan
Agama dapat berfungsi sebagai sarana terbaik untuk
mengajarkan hal hal yang baik yang dapat menguntungkan banyaak pihak sesuai
dengan perintah atau larangan yang harus dijalankan dan dipatuhi , agar
seseorang bisa menjadi pribadi yang lebih baik daan selalu berada padaa jalan
kebenaran dan kebaikan menurut ajaran dan kepercayaan masing masing.
2. Sebagai
sarana untuk keselamatan
Agama berfungsi sebagai jalan teebaik bagi penganutnya
berhubungan dengan tuhannya agar dapat memohon dan mengharapkan keselamatan
dari kejahatan yang terlihat maupun yang tiudak nyata serta keselamatan dari
ancaman api neraka akibat dosa dosa dimasa lalu. Seseorang yang memiliki agama
maka dirinya memiliki tuhan untuk tempat berdoa, mengeluarkan uneg uneg dan
memohon keselatan dunia akhirat. dengan begitu hati bisa terasa lebih tenang
dan mendekatkan diri kepada sang pencipta merupakan
cara agar hati tenang.
3. Sebagai
jembatan perdamian dunia
Karena ajaran agama yang selalu mengutamakan untuk
selalu hidup berprilaku baik , saling menghormati dan menyayangi dengan orang
yang beragama berbeda dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan dan sebagai alat
untuk menuju perdamaian dunia. didunia memiliki tarusan negara dengan ideologi
dan agama yang berbeda beda, tetapi semua negara dilandasi rasa saling
menghormati hak asasi manusia , saling menghargai, mengutamakan persamaan
derajat tapi tidak saling merugikan satu sama lainnya, menjauhi penghinaan atau
penghujatan terhadap orang lain dan tidak saling merasa benar , maka
perdamian dunia akan selalu tercipta hingga akhir jaman.
4. Sebagai
alat untuk sosial
Dengan beragama manusia akan lebih peka, lebih cerdas
dan lebih tanggap dalam menyikapi dan menghadapi masalah masalah sosial
dimasyarakat, misalnya adanya kemiskinan, keadilaan, kesejahteraan rakyat,
tentang hak asasi manusia ataau tentang aktifitas yang berjalan pada
jalan kemaksiatan agar segera ditertibkan dan dimusnakan agar prilaku tersebut
tidak menodai wilayah sekitarnya dan tidak lagi menjerat prilaku generasi
berikutnya kearah yang penuh dosa.
Kepekaan tersebut dapat merangsang dan menyemangati
orang orang agar tidak hanya berdiam diri saja menyaksikan hal hal yang tidak
baik antara lain tentang ketidakadilan ditengah masyarakat, tentang prilaku
menyimpang atau
4
tentang kezoliman yang berkembang pada sistem
kehidupan dimasyarakat.
masyarakat yang memiliki agama ( walaupun berbeda beda)
maka akan memiliki jiwa yang lebih peka dan cerdas untuk menolak semua
peristiwa yang berbau ketidakadilan tersebut.
5. Sebagai
jenjang hidup yang baru
Ajaran agama selalu mengajarkan haal hal yang baik dan
melaarang manusia untuk berbuat sesuatu yang merugikan orang lain apapun
bentuknya. ajaran agama mampu memperbaiki kualitas kehidupan seseorang dalam
bergaul dan berinteraksi ditengah masyarakat. bahkan mampu mengubah pribadi
seseorang atau kelompok menjadi memiliki jenjang kehidupan yaang baru yaitu
kehidupan yang lebih baik dan mencapai spiritualnya masing masing.
6. Sebagai
tempat untuk berinteaksi
Pada dasarnya Ajaran kebaikan dan kebenaran ada pada
semua agama apapun didunia. agama mengajarkan manusia untuk saling
bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain (agama Lain). Semua
ajaran agama memiliki aturan yang membolehkan segala bentuk usaha yang
mempunyai sifat duniawi dan sekaligus agamawi selama usaha yang dilakukan tidak
bertentangan dengan ajaran agama dan sesuai dengan norma norma yang ada dalam
masyarakat .
7. Sebagai
semangat kreatifitas
Ajaran agama untuk memberi semangat kemandirian dan
kreatifitas seseorang agar lebih baik dan terarah tanpa disusupi oleh
kecurangan atau kejahatan kejahatan yang merugikan orang lain. semangat
kreatifitas dapat mengajak seluruh manusia didunia untuk saling bekerja sama
dalam berkarya, bekerja daan memanfaatkan keterampilan , minat dan bakat untuk
kemajuan bangsa dan negara.
8. Sebagai
identitas diri
Agama apapun didunia adalah sebagai identitas seseorang
sebagai umat yang beragama dan tidak atheisme (Tidak beragama). identitas
tersebut bisa terdapaa pada kartu tanda penduduk, paspor dan surat surat
penting lain. hal itu menunjukkan bahwa kita harus menghormati agama orang lain
yang sebenarnya telah diakui sebagai agama yang sah didunia.
9. Agama
juga bisa disebut sebagai ajaran teoritis
yaitu yang mengajarkan tentang cara bagaimana berprilaku
yang baik yang sesuai norma, moral dan aturan aturan , perintah serta larangan
larangan yang berhubungan dengahn etika bermasyarakat. yang bertujuan agar
mudah tercipta krukunaan , saling menghormati dan hidup saling berdampingan
tanpa mengenal perbedaan agama ataupun tradisi.
10. Agama
juga bisa disebut sebagai benteng kekuatan
Yaitu sebagai benteng kekuatan yang tidak mengenal ruang
dan waktu karena berperan besar dalam mempengaruhi prilaku dan sikap manusia
secara individu ataupun secara sosial, kalimat ini pernah dinyatakan oleh
seorang pakar ahli sosiologi yang bernama Emile Durkhien.
5
11. Agama
juga bisa disebut sebagai kebanggaan
Yaitu memiliki agama berarti memiliki kebangaan karena
mempunyai tuhan tempat kita berserah diri, memohon bantuan dan sarana untuk
beribadah agar menjadi manusia bisa lebih dekat dengan yang maha kuasa dan
menjadi pribadi yang lebih baik. agama sebagai kebanggaan diri secara
pribadi tetapi bukan untuk dipertunjukan
dalam bentuk keangkuhan, pamer atau kesombongan. karena
keangkuhan hanya akan
membuat jarak kita dengan orang lain menjadi menpunyai
dinding batas untuk saling berinteraksi. hal ini disebabkan pada dasarnya
manusia tidak menyukai seseorang yang pamer dan bangga dengan tujuan untuk
menyombongkan diri.
-
Dimensi
Komitmen Agama
1. Dimensi Ritual
Dimensi ritual dapat menjelaskan komitmen keagamaan melalui
tingkah laku yang diharapkan akan muncul pada diri manusia yang menyatakan
keyakinan mereka pada agama yang mereka anut.
2. Dimensi Keyakinan
Dimensi Keyakinan atau yang biasa disebut doktrin
merupakan dimensi yang paling mendasar dari agama karena menjelaskan seberapa
besar manusia memegang kepercayaan terhadap agama yang dianut dan menerima hal
– hal yang teologis yang ada didalam agama mereka.
3. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan adalah dimensi yang menjelaskan
tentang seberapa jauh seseorang mengenal dan menegtahui hal – hal mengenai
agama yang mereka yakini seperti latar belakang ajaran agama tersebut.
4. Dimensi Perasaan
Dimensi perasaan menjelaskan tentang dunia mental dan
emosional seseorang dan keinginan untuk mempercayai suatu agama serta takut
bila tak menjadi orang yang beragama.
5. Dimensi Konsekuensi
Dimensi konsekuensi menjelaskan tentang tingkah laku
seseorang, tetapi berbeda dengan dimensi ritual karena tingkah laku yang
dimaksud adalah hal – hal yang terjadi didalam kehidupan sehari – hari dan
muncul akibat motivasi dari agama mereka.
B.
Pelembagaan Agama
-
3 Tipe
Kaitan Agama dengan Masyarakat
a.Masyarakat
yang terbelakang dan nilai-nilai sakral atau masyarakat yang terisolasi
b.Masyarakat-masyarakat pra-industri yang sedang berkembang
yang tak terisolasi
c. Masyarakat yang bisa terisolasi dan bisa juga tak
terisolasi
6
-
Pelembagaan
Agama
Untuk
memahami lembaga agama maka kita harus mengetahui mengenai :
1. Unsur –
unsure terbentuknya suatu agama
2. Apa yang menyebabkan dan mengapa adanya agama
3. Fungsi dan struktur dari suatu agama
Contoh dan Kaitan Mengenai Konflik yang Ada Didalam
Agama dan Masyarakat
Konflik yang
terjadi di Cengkareng dan Bekasi, Jawa Barat antara FPI atau Front Pembela
Islam dengan HKBP atau Huria Kristen Batak Protestan yang terjadi karena pihak
HKBP yang terdapat didalam kasus penyegelan rumah milik jemaah HKBP yang
disalahgunakan menjadi gereja, lalu HKBP tak terima dengan keputusan itu yang
dinilai pemerintah kurang demokratis dan akhirnya terjadi bentrokan antara HKBP
dengan warga muslim di Bekasi.
C.
Agama, Konflik dan Masyarakat
CONTOH – CONTOH
DAN KAITAN AGAMA, KONFLIK DAN MASYARAKAT
Pengalaman tokoh agama yang merupakan pengalaman kharismatik, akan melahirkan
suatu bentuk perkumpulan keagamaan yang akan menjadi organisasi keagamaan
terlembaga. Pengunduran diri atau kematian figure kharismatik akan melahirkan
krisis kesinambungan. Analisis yang perlu adalah mencoba memasukkan struktur
dan pengalaman agama, sebab pengalaman agama, apabila dibicarakan, akan
terbatas pada orang yang mengalaminya. Hal yang penting untuk dipelajari adalah
memahami “wahyu” atau kitab suci, sebab lembaga keagamaan itu sendiri merupakan
refleksi dari pengalaman ajaran wahyunya.
Lembaga keagamaan pada puncaknya berupa peribadatan, pola ide-ide dan
keyakinan-keyakinan, dan tampil pula sebagai asosiasi atau organisasi. Misalnya
pada kewajiban ibadah haji dan munculnya organisasi keagamaan.
Lembaga ibadah haji dimulai dari terlibatnya berbagai peristiwa. Ada nama-nama
penting seperti Adam a.s, Ibrahim a.s, Siti Hajar, dan juga syetan; tempatnya
adalah Masjidil-Haram, Mas’a, Arafah, Masy’ar, Mina, serta Ka’bah yang
merupakan symbol penting; ada peristiwa kurban, pakaian ihram, tawaf, sa’I, dan
sebagainya.
Adam dan Hawa dalam keadaan terpisah, kemudian keduanya berdoa : “Ya, Tuhan
kami, kami telah menganiaya diri sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami
dan memberi rahmat kepada kami, niscayalah kami termasuk orang-orang yang
merugi.” (Q.S al-A’raf : 23).
7
Setelah itu Allah SWT memerintahkan Adam untuk ibadah haji (pergi ke sesuatu
untuk mengunjunginya). Saat sampai di suatu tempat (Arafah= tahu, kenal), maka
bertemulah ia dengan Hawa setelah diusir dari surge. Sebab itu dalam
pelaksanaan ibadah haji, ada ketentuan wukuf (singgah).
Nama nabi Ibrahim a.s selalu dikaitkan dengan Ka’bah sebagai pusat rohani agama
Islam (Kiblatnya Islam). Pada suatu peristiwa Allah memerintahkan Jibril
membawa Ibrahim a.s, Siti Hajar dan Ismail a.s putranya yang masih kecil ke
Makkah dari Palestina. Di suatu tempat, Ibrahim a.s atas perintah Allah SWT
supaya meninggalkan istri dan putranya. Kemudian Ismail menangis meminta air,
tentu saja Siti Hajar menjadi khawatir dan gelisah, maka ia pun berlari mencari
air ke bukit Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali.
Setelah itu dengan kuasa Tuhan, memancarlah air dari dekat kaki Ismail
(sekarang sumur air Zam-zam). Sebab itu, dalam rukun Haji ada Sa’I (berlari
kecil) sebanyak tujuh kali di bukit Shafa dan Marwa. Siti Hajar merupak lambang
yang bertanggung jawab, tidak pasrah, perjuangan fisik dan meniadakan diri
tenggelam ke dalam samudera cinta.
Kurban dikaitkan resmi dengan ibadah haji. Lembaga ini berhubungan dengan
sejarah rohani Ibrahim a.s yang diperintahkan oleh Alla SWT untuk menyembelih
putranya Ismail a.s, untuk menguji kesempurnaan tauhidnya. Sewaktu penyembelihan
akan dilaksanakan, syetan sempat menggoda Ibrahim a.s agar tidak melaksanakan
perintah Allah tersebut. Kemudian Ibrahim dan Ismail melemparkan batu ke arah
suara syetan itu berasal. Untuk mengenang peristiwa itu, dalam pelaksanaan
ibadah haji diwajibkan melempar jumrah (batu).
Sewaktu Ismail akan disembelih oleh Ibrahim a.s, ternyta Allah menggantinya
dengan seekor gibas (domba) jantan. Firman Allah : “Mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan
perjalanan pergi kesana. Barang siapa yang kafir (terhadap kewajiban haji),
maka bahwasanya Allah Mahakuasa (tidak memerlukan sesuatu dari alam semesta)”
(Q.S 3:97).
Jadi, kewajiban tersebut, esensinya adalah evolusi manusia menuju Allah dengan
pengalaman agama yang penting. Mengandung simbolis dari filsafat “pencptaan
Adam”, “sejarah”, “keesaan”, “ideology islam”, dan “ummah”.
Organisasi keagamaan yang tumbuh secara khusus, bermula dari pengalaman agama
tokoh kharismatik pendiri organisasi keagamaan yang terlembaga.
8
Muhammadiyah,
sebuah organisasi sosial Islam yang dipelopori oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan yang
menyebarkan pemikiran Muhammad Abduh dari Tafsir Al-Manar. Ayat suci Al-Quran
telah memberi inspirasi kepada Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah.
Salah satu mottonya adalah, Muhammadiyah diapandang sebagai “segolongan dari
kaum” mengajak pada kebaikan dan mencegah perbuatan jahat (amar ma’ruf, nahi
’anil munkar)
Dari contoh sosial di atas, lembaga keagamaan berkembang sebagai pola ibadah,
pola ide-ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil sebagai bentuk asosiasi atau
organisasi. Pelembagaan agama puncaknya terjadi pada tingkat intelektual,
tingkat pemujaan (ibadat), dan tingkat organisasi.
Tampilnya organisasi agama adalah akibat adanya “perubahan batin” atau
kedalaman beragama, mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal alokasi
fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan, dan sebagainya. Agama menuju ke
pengkhususan fungsional. Pengaitan agama tersebut mengambil bentuk dalam
berbagai corak organisasi keagamaan.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fungsi agama dalam masyarakat yaitu
Sebagai
sarana pendidikan, Sebagai sarana untuk keselamatan, Sebagai jembatan perdamian
dunia, Sebagai alat untuk sosial, Sebagai jenjang hidup yang baru, Sebagai
tempat untuk berinteaksi, Sebagai semangat kreatifitas, Sebagai identitas diri,
Agama juga bisa disebut sebagai ajaran teoritis, Agama juga bisa disebut sebagai
benteng kekuatan, dan Agama juga bisa disebut sebagai kebanggaan. Dimensi Komitmen Agama yaitu Dimensi Ritual, Dimensi Keyakinan, Dimensi
Pengetahuan, Dimensi Perasaan, Dimensi Konsekuensi
10
Daftar Pustaka
11